Ambon, Maluku– Ketua Tim Periksa Fakta Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) Maluku, Aril Salamena, menyerukan kepada masyarakat agar tidak terprovokasi oleh informasi tidak jelas terkait kericuhan yang terjadi di Kabupaten Maluku Tengah pasca Lebaran ini.
Insiden tersebut melibatkan sejumlah negeri, termasuk Negeri Sawai, Rumah Olat, Masihulan, Tulehu, dan Tial.
Dalam pernyataannya, Salamena meminta masyarakat untuk menghentikan penyebaran foto, video korban, serta gambar rumah terbakar yang beredar di media sosial.
“Kita harus saling mengingatkan dan menahan diri, terutama menahan ‘jari-jari’ untuk tidak memposting sesuatu yang tidak diketahui kronologi kejadiannya. Konten seperti ini berpotensi memicu kepanikan dan memperkeruh situasi,” tegasnya.
Salamena menekankan bahwa konten tanpa konteks dan verifikasi berisiko dimanipulasi oleh oknum tidak bertanggung jawab.
“Mari fokus pada dialog antarwarga dan berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk memastikan informasi yang akurat,” tambahnya.
Mafindo Maluku juga mengimbau masyarakat melaporkan konten bermuatan hoaks, ujaran kebencian, atau provokasi melalui kanal resmi Polri atau platform pelaporan Mafindo. Langkah ini diharapkan mencegah eskalasi konflik dan menjaga stabilitas di wilayah tersebut.
Saat ini pihak kepolisian dan aparat setempat meningkatkan pengamanan di lokasi terdampak dan tengah menyelidiki akar masalah kericuhan.
Pemkab Maluku Tengah, Pemprov Maluku beserta Tokoh agama, adat dan pemuda dari sejumlah negeri terlibat juga mulai menggalang pertemuan rekonsiliasi untuk meredakan ketegangan.
Sebagai organisasi yang fokus pada literasi digital, Mafindo Maluku kembali mengingatkan pentingnya berpikir kritis dalam menyikapi informasi sensitif.
“Setiap unggahan yang gegabah bisa menjadi bensin bagi api konflik. Mari jaga Maluku tetap damai, Biking Bae For Maluku” pungkas Salamena.***