Ambon, Maluku– Dewan Pengurus Wilayah Generasi Muda Math’laul Anwar (GEMA – MA) Provinsi Maluku menyayangkan pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Maluku, Marsma TNI R. Harys Soeryo, sebagaimana dimuat dalam Ambon Ekspres edisi Kamis, 10 Januari 2025.
Dalam pernyataan tersebut, Kabinda terkesan melepaskan tanggung jawab atas eskalasi konflik di sejumlah wilayah Maluku dengan dalih bahwa tugas BIN sebatas memberikan rekomendasi.
GEMA – MA menilai pernyataan itu tidak mencerminkan semangat kolaboratif dan tanggung jawab moral dalam menjaga stabilitas daerah. Terlebih, Kabinda menyebut seolah-olah peran wartawan, pemuda, dan aktivis hanya sebatas mengkritik tanpa memberi solusi.
Pertama, GEMA – MA menegaskan bahwa peran intelijen tidak berhenti pada laporan dan rekomendasi. Jika benar deteksi dini telah dilakukan dan rekomendasi disampaikan, maka BIN semestinya proaktif mendorong dan mengawal pelaksanaannya. Tidak elok jika lembaga intelijen cuci tangan di tengah kegagalan mitigasi konflik.
Kedua, kami mempertanyakan efektivitas fungsi deteksi dini tersebut. Bila potensi konflik elah dipetakan sejak awal, mengapa konflik tetap pecah dan memakan korban? Di mana peran koordinasi BIN dalam menjembatani hasil analisis dengan langkah taktis stakeholder lainnya?
Ketiga, GEMA – MA menolak tudingan bahwa aktivis hanya bisa mengkritik. Kami justru menjadi bagian dari solusi melalui pendekatan sosial, edukatif, dan advokasi damai di tengah masyarakat. GEMA – MA hadir bersama rakyat, bukan bersembunyi di balik layar yang sulit dijangkau publik.
Keempat, kami mendorong agar Kabinda tidak terjebak dalam narasi pembelaan institusional, melainkan menjadikan situasi ini sebagai bahan refleksi atas kelemahan koordinasi dan respon intelijen dalam mencegah konflik sosial. Tanggung jawab menjaga keamanan dan ketertiban adalah kerja kolektif. Semua pihak, termasuk BIN, harus terbuka terhadap evaluasi publik.
GEMA – MA tidak anti terhadap aparat atau lembaga negara mana pun. Namun sebagai representasi pemuda, kami memiliki tanggung jawab moral untuk bersuara ketika negara dianggap belum cukup hadir dalam pencegahan konflik.
“Kami tidak tinggal diam. Justru kami berdiri paling depan, menyuarakan keadilan dan perdamaian bagi rakyat Maluku,” tegas Sekretaris Wilayah GEMA – MA Maluku, Soetrisno Hatapayo.***