Masohi, Maluku— Seruan keras datang dari mantan Ketua Umum Komunitas Pecinta Alam Jaringan Mahasiswa Kaisar Alam (KPA JAMAIKA) Ambon, Nazarudin Lamawitak, yang menuntut Kepala Balai Taman Nasional (TN) Manusela agar segera menunjukkan keberpihakan dan kepedulian terhadap hilangnya pendaki muda, Ahmad Firdaus Fauzi, di kawasan Gunung Binaiya.
Dalam pernyataan pedasnya, Nazarudin menyebut Balai TN Manusela terkesan lepas tangan dalam menghadapi situasi kritis ini.
Ia menilai sikap yang ditunjukkan justru menambah luka bagi keluarga dan publik yang masih berharap Firdaus ditemukan dalam keadaan selamat.
“Balai tidak boleh kehilangan kompas moral. Jika keputusan menghentikan pencarian tetap dipaksakan, Kepala Balai harus siap memikul beban tanggung jawab, baik secara moral maupun administratif,” tegas Nazarudin.
Ia menyoroti bahwa di tengah semangat relawan dan masyarakat yang terus berjuang di lapangan, justru sikap resmi dari pihak balai dinilai tidak proaktif, bahkan menutup ruang kolaborasi.
“Yang tampak bukan kepemimpinan, tapi ego sektoral. Di saat nyawa manusia dipertaruhkan, balai malah memilih diam dan pasif,” kritiknya tajam.
Nazarudin juga mengingatkan bahwa Ahmad Firdaus adalah pendaki resmi yang telah membayar Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI).
Menurutnya, fakta ini seharusnya menjadi dasar tanggung jawab penuh dari pihak TN Manusela.
“SIMAKSI bukan sekadar tiket masuk. Ia adalah kontrak moral dan hukum antara pendaki dan pengelola kawasan. Ketika nyawa dalam bahaya, uang itu tidak bisa jadi tameng untuk lepas tangan,” katanya.
Lebih lanjut, Nazarudin berharap komunikasi intensif antara Anggota DPR RI Saadiyah Uluputih dan Kepala Balai dapat membuka jalan menuju solusi.
Ia juga menunggu langkah konkret dari Wakil Bupati Maluku Tengah, Mario Lawalat, yang dijadwalkan akan turun langsung pada Senin, 12 Mei 2025.
Namun, ultimatum pun dilontarkan: jika keputusan penghentian pencarian tidak dicabut, maka gelombang protes akan digelar secara terbuka.
“Kami siap bergerak. Elemen pencinta alam dan kelompok Cipayung sudah terhubung. Jika tidak ada perubahan sikap, kami akan turun ke jalan. Ini soal kemanusiaan, bukan sekadar birokrasi,” tandasnya.
Nazarudin tak lupa memberikan penghargaan tinggi kepada masyarakat Kecamatan Tehoru, para Latupati, dan relawan yang terus menyalakan harapan di tengah gelapnya situasi.
Namun ia mengingatkan, harapan tanpa dukungan institusi hanya akan menjadi sia-sia.
“Kepala Balai jangan bersembunyi di balik meja. Ini waktunya menunjukkan kepemimpinan, bukan menghindar dari tanggung jawab,” pungkasnya. ***







































































Discussion about this post