Masohi, Maluku — Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah meluncurkan program penyediaan akses internet berbasis satelit Starlink bagi sekolah-sekolah di wilayah terpencil yang selama ini kesulitan jaringan. Program ini merupakan hasil kolaborasi Pemerintah Daerah di bawah kepemimpinan Bupati Zulkarnain Amir Awath dengan program INOVASI, sebagai bagian dari upaya pemerataan akses pendidikan di seluruh pelosok Maluku Tengah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah, Husen Mukadar, menjelaskan, langkah ini difokuskan pada wilayah-wilayah yang sama sekali tidak memiliki jaringan internet, baik di kawasan pegunungan maupun kepulauan terpencil.
“Sekolah yang berada di pegunungan itu semua sudah mendapat akses, juga sebagian di kepulauan. Kami memang fokus di wilayah yang tidak ada jaringan internet sama sekali, seperti di Banda dan Nusalaut,” ujar Mukadar, Rabu (29/10).
Menurut Husen, saat ini terdapat tiga titik Starlink yang sudah aktif beroperasi, dan dalam waktu dekat akan ditambahkan 27 unit lagi di beberapa lokasi yang telah diidentifikasi sebagai wilayah “Blankspot” atau daerah tanpa sinyal.
“Insyaallah tanggal 3 nanti seluruh perangkat sudah terpasang, dan kita akan melakukan Zoom langsung dengan pihak Kementerian Pendidikan,” tambahnya.
Sebagai tanda jalannya program ini, kata dia, Bupati Zulkarnain bersama Provincial Manager INOVASI Maluku, Mus Mualim secara simbolis telah menyerahkan empat unit Starlink kepada empat sekolah dasar di wilayah terpencil. Yaitu SD 207 Banda Pulau Sahrir (kelas jauh), SD 307 Nueletetu, SD di Nusalaut, dan SD 40 Maraina. Penyerahan secara simbolik dalam pembukaan Workshop Peningkatan Kapasitas Ekosistem Komunikasi Daerah Berbasis Praktelik Baik di Aula Lelemuku Hotel, Kota Masohi, Selasa (28/10/2025).
Upaya penyediaan akses internet ini menjadi langkah nyata Pemkab Maluku Tengah dalam menjawab tantangan geografis dan ketimpangan layanan pendidikan di wilayah 3T dalam hal ini Blankspot.
“Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari pulau-pulau kecil dan kawasan pegunungan dengan akses transportasi yang terbatas dan tidak stabil,” akui Mukadar.
Kondisi ini menyebabkan pemerataan layanan pendidikan belum sepenuhnya terwujud, sementara sebagian anak usia sekolah dasar dan menengah masih kesulitan mengakses pendidikan karena jarak dan keterbatasan sarana transportasi.
Selain itu, kualitas tenaga pendidik dan sarana belajar juga masih menjadi tantangan tersendiri. Sejumlah guru belum memenuhi kualifikasi akademik dan profesional yang disyaratkan, sementara banyak sekolah membutuhkan peningkatan fasilitas dasar agar proses belajar mengajar berjalan lebih baik.
Dalam kegiatan Program INOVASI di Maluku Tengah, Mukadar menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem pendidikan di daerah dan memberikan efek positif terhadap kualitas pendidikan yang ada.
“Kami ingin memastikan bahwa anak-anak di seluruh Maluku Tengah mendapatkan kesempatan belajar yang sama, di manapun mereka berada. Dengan dukungan teknologi dan kemitraan yang kuat, kita bisa wujudkan pendidikan yang lebih merata dan berkualitas,” ujarnya.***







































































Discussion about this post