Ambon, Maluku– Dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan, umat Buddha di Maluku, khususnya yang tergabung dalam Persaudaraan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), memperingati Hari Raya Waisak ke-2569 BE/2025 dengan rangkaian kegiatan spiritual dan sosial yang penuh makna.
Perayaan diawali dengan ibadah di Vihara Swana Giri Tirta, Gunung Nona, Kota Ambon pada 12 Mei 2025, bertepatan dengan purnama pertama.
Sebagai kelanjutan dari perayaan suci ini, Permabudhi mengadakan acara syukuran pada Selasa, 20 Mei 2025, bertempat di Aula Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku.
Waisak diperingati sebagai momentum reflektif untuk mengenang tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddharta Gautama, yakni kelahiran, pencerahan, dan parinibbana (wafat).
Dalam sambutannya, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Permabudhi, Prof. Dr. Philip Kuntjoro Widjaja, menekankan bahwa perayaan Waisak tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga menjadi ajakan untuk meningkatkan kepedulian antarsesama dan terhadap lingkungan hidup.
“Sepanjang bulan ini, kita diajak untuk memperkuat hubungan dengan sesama, menjaga kelestarian alam, dan merefleksikan ajaran Sang Buddha dalam tindakan nyata,” ujar Prof. Philip.
Permabudhi yang berdiri pada 2019 dan mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) pertamanya di tahun 2020, terus aktif dalam kegiatan lintas agama dan sosial kemasyarakatan. Prof. Philip juga menegaskan pentingnya komunikasi yang intens dengan tokoh-tokoh agama dan nasional, termasuk pimpinan PGI, PHDI, Matakin, dan berbagai pihak lainnya.
Sebagai bentuk nyata kepedulian lingkungan, Permabudhi menggagas dan mengoordinasikan program eco-enzyme secara nasional, yang mencakup pengurangan penggunaan plastik, pelestarian sumber air, dan edukasi lingkungan. Program ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan.
Di bidang ketahanan pangan, Permabudhi juga melaksanakan edukasi anti-pemborosan makanan, yang bahkan telah menarik perhatian komunitas internasional.
Perhatian khusus juga diberikan kepada generasi muda melalui pendirian rumah-rumah kesenian sebagai wadah ekspresi kreatif yang berlandaskan nilai-nilai moral dan etika Buddhis.
Acara syukuran semakin semarak dengan penampilan tari-tarian tradisional dari anak-anak binaan Permabudhi asal Pulau Seram. Penampilan tersebut mencerminkan kekayaan budaya lokal dalam bingkai kebhinnekaan Indonesia.
Waisak tahun ini diharapkan menjadi pengingat akan pentingnya hidup dalam damai, harmoni, serta kepedulian terhadap sesama manusia dan alam semesta.***
Discussion about this post