Maluku- United Nations Development Programme (UNDP) melalui inisiatif Biodiversity Finance Initiative (BIOFIN) bersama tim BIOFIN global, Kementerian PPN/Bappenas, Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian Kehutanan dan mitra terkait melakukan kunjungan ke Pusat Konservasi Satwa Maluku dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku untuk meninjau langsung capaian konservasi yang didukung oleh instrumen pembiayaan inovatif, termasuk Sukuk hijau.
Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Untuk melindungi kekayaan ini, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025–2045 yang memproyeksikan kebutuhan pendanaan sebesar Rp70,685 hingga Rp75,530 triliun per tahun. Sementara itu, alokasi APBN untuk pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia berada di kisaran Rp8,240 hingga Rp9,926 triliun per tahun, sehingga diperlukan terobosan pembiayaan inovatif untuk menutup kesenjangan tersebut.
Sejak 2014, BIOFIN telah mendukung Indonesia dalam merancang solusi pembiayaan keanekaragaman hayati. Salah satu capaian penting adalah proyek Pusat Konservasi Satwa Maluku yang didanai melalui Sukuk hijau, yang menjadi proyek biodiversitas pertama di Indonesia dengan skema ini. Sejak beroperasi pada 2021, pusat konservasi ini berhasil menyelamatkan lebih dari 1.700 satwa liar, termasuk burung endemik, reptil, dan spesies langka lainnya, sekaligus memberdayakan masyarakat lokal melalui lapangan kerja dan peluang ekowisata.
“Perbedaan sangat terasa sebelum dan sesudah berdirinya Pusat Konservasi Satwa Maluku. Dengan adanya pusat konservasi ini, pengelolaan keanekaragaman hayati menjadi lebih terkontrol, begitu juga koordinasi, konsolidasi, dan komitmen para pihak. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya kita untuk mensinergikan peran lembaga pusat konservasi dengan kebijakan pemerintah daerah dalam rangka memperkuat sektor kehutanan,” ujar Bapak Danny H. Pattipeilohy, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
“Pembiayaan keanekaragaman hayati bukan hanya soal melindungi satwa, tetapi juga tentang memberi masyarakat masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan. Dari Maluku, kita belajar bahwa investasi untuk alam adalah investasi untuk manusia,” ujar Sara Ferrer Olivella, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia.
Kunjungan ini menegaskan bahwa pembiayaan inovatif bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi investasi nyata yang menghadirkan perubahan di lapangan. Dari Ambon, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa menjaga keanekaragaman hayati adalah jalan untuk melindungi masa depan planet sekaligus meningkatkan kualitas hidup manusia.**
Discussion about this post