Piru, Maluku– Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena, menghadiri acara Panas Gandong yang mempertemukan masyarakat Negeri Rutong, Kota Ambon, dan Negeri Rumahkay, Kabupaten Seram Bagian Barat, Rabu (19/03).
Acara yang berlangsung di Negeri Rutong ini menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan persaudaraan dan menjaga nilai-nilai adat yang telah diwariskan turun-temurun.
Dalam sambutannya, Wattimena menegaskan bahwa Panas Gandong bukan sekadar seremoni adat, tetapi juga cerminan kebersamaan yang harus terus dijaga demi kemajuan bersama.
“Persaudaraan yang telah terjalin antara Negeri Rutong dan Rumahkay harus terus dirawat dan diperkuat. Ini bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang bagaimana kita menatap masa depan dengan semangat gotong royong dan persatuan,” ujar Wattimena.
Acara ini dihadiri oleh para tokoh adat, tokoh masyarakat, serta warga dari kedua negeri yang turut merayakan kebersamaan dengan berbagai rangkaian prosesi adat. Tradisi Panas Gandong sendiri merupakan bentuk pengukuhan kembali ikatan gandong (persaudaraan) yang telah terjalin sejak lama, sebagai simbol solidaritas dan kekuatan sosial masyarakat Maluku.
Selain prosesi adat, kegiatan ini juga diisi dengan pertunjukan seni budaya khas Maluku yang menggambarkan harmoni dan semangat kebersamaan antarwarga. Suasana penuh keakraban terlihat saat perwakilan dari kedua negeri saling bertukar cenderamata sebagai simbol penghormatan dan penghargaan atas hubungan yang telah terjalin erat.
Wattimena berharap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Panas Gandong dapat terus diwariskan kepada generasi muda.
“Kita harus memastikan bahwa nilai-nilai kebersamaan ini tidak pudar di tengah perubahan zaman. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa di atas segala perbedaan, kita tetap satu keluarga besar yang harus saling mendukung,” tambahnya.
Dengan terselenggaranya acara ini, masyarakat Negeri Rutong dan Rumahkay diharapkan semakin solid dalam menjaga keharmonisan dan bekerja sama untuk membangun daerah masing-masing. Panas Gandong bukan hanya warisan budaya, tetapi juga simbol kekuatan sosial yang menjadi fondasi bagi persatuan dan kesejahteraan masyarakat Maluku.***