Tual, Maluku – Di tengah kesibukannya sebagai kepala daerah, Wali Kota Tual, Akhmad Yani Renuat menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar soal kebijakan, tetapi juga tentang empati. Pada Sabtu (3/5/2025), beliau meluangkan waktu untuk hadir langsung di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta, menjenguk jenazah almarhum Mihidin Kabakoran, warga Kota Tual yang wafat setelah menjalani pengobatan lanjutan.
Almarhum Mihidin sebelumnya dirujuk dari RSUD Maren Tual ke Jakarta demi mendapatkan penanganan medis yang lebih intensif. Namun takdir berkata lain. Di tengah duka yang menyelimuti keluarga, kehadiran Wali Kota Renuat menjadi pelipur lara sekaligus simbol bahwa pemerintah hadir bukan hanya saat rakyatnya hidup, tapi juga ketika melepas kepergian mereka.
Tanpa banyak formalitas, Wali Kota langsung menginstruksikan Bendahara Sekretariat Kota untuk menangani seluruh proses pemulangan jenazah, termasuk menanggung penuh biaya logistik dan administrasi. Ia memastikan almarhum dapat kembali ke kampung halaman dan dimakamkan dengan layak di tanah kelahirannya, Tual.
“Bagi saya, ini adalah tanggung jawab moral. Warga Tual yang berada di mana pun tetap menjadi bagian dari keluarga besar kita. Saya ingin mereka tahu bahwa pemerintah tidak akan lepas tangan,” ujar Wali Kota Renuat dengan suara tenang namun penuh ketegasan.
Kepedulian ini tak luput dari perhatian keluarga. Hamdi Kabakoran, adik almarhum, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kehadiran dan bantuan yang sangat berarti di saat-saat sulit.
“Kami benar-benar merasa didampingi. Kehadiran Bapak Wali Kota bukan hanya soal jabatan, tapi wujud nyata bahwa beliau hadir sebagai sesama manusia, sebagai saudara,” ucap Hamdi saat ditemui di rumah duka, Selasa (6/5).
Ia berharap sikap seperti ini menjadi teladan bagi pemimpin lainnya—bahwa kekuasaan sejatinya adalah sarana untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Di tengah zaman yang kerap menempatkan pemimpin pada jarak yang jauh dari rakyat, langkah kecil penuh makna seperti ini menjadi pengingat bahwa kehangatan dan kemanusiaan masih hidup dalam roda pemerintahan.
Renuat tak hanya menunaikan tugas administratif, ia menyalakan kembali harapan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang berjalan bersama rakyat, bahkan dalam kesedihan paling dalam sekalipun.*** Djon