Ambon, Maluku-– IRJEN Pol (Purn) Murad Ismail Gubernur Maluku periode 2019-2024 masih sangat panas dibincangkan meski telah melepas jubah kekuasaannya pada 24 April 2024 lalu. Jenderal eks Brimob itu dikenal luas masyarakat Maluku sejak bertugas menjadi Kapolda Maluku pada 2013 silam.
Murad mengubah arah karirnya ke arus politik Maluku pada 2019. Dan berhasil merebut puncak kepemimpinan rakyat Maluku, (Gubernur). Jalan panjang karir politik pria kelahiran 11 September 1961 itu dimulai.
Meski terbilang baru menapaki aral Politik di Bumi raja-raja, Murad begitu lihai memainkan peran sentralnya sebagai tokoh politik yang kokoh.
Murad belakangan menjadi primadona politisi muda Maluku. Bagaimana tidak, kecerdasannya bisa dibilang warisan dari jiwa korsa institusi lamanya. Sehingga, Petahana kala itu pun mampu ditumbangkan. Bahkan lebih dari itu, konsolidasi kilat 11 kabupaten/kota di Maluku dilakukan MI sehingga membetuk poros baru MI yang hingga kini tak dapat didobrak. Gaya Politik MI akhirnya menjadi trend dikalangan Politisi Muda Maluku.
Sepintas gambaran karakter MI yang diketahui selama mengawali kariernya adalah, “Memanjakan – Mengeksekusi.” Untuk mengetahui sejauh mana loyalitas serta kinerja, MI meberikan peluang dan kesempatan. Ini sehingga, banyak kelompok bahkan tokoh politisi hilang kendali yang berujung tereksekusi “Perceraian” dengan poros utama MI.
Kesemuaan yang telah teradi sejak awal meniti karier 2019 merupakan strategi apik MI untuk mendapatkan loyalis yang benar-benar se-visi dengannya. Yakni membangun Maluku sebagimana amanat UU dengan mengedepankan nilai-nilai budaya orang basudara di Maluku.
MI memahami betul, rupa-rupa dinamika dan intrik politik pada kontestasi politik di aras lokal Maluku. Menandakan bahwa iklim politik MI tumbuh dan berkembang mewarnai kehidupan sosial dan politik, mulai dari yang halus sampai yang kasar; mulai dari yang tersirat sampai yang tersurat.
Dia memahami, politik memang memberikan giuran yang menjanjikan untuk merebut kekuasaan atau berkuasa dan semua aktor politik merasa memiliki kemampuan untuk memenangkan kontestasi politik khususnya pada aras lokal. Dan pada level ini, para aktor seringkali melupakan kalkulasi-kalkulasi politik.
Sehingga banyak aktor politik, baik muda maupun tua terjebak dengan sikap MI yang sesungguhnya. Sejumlah aktor diberi porsi mulanya dengan memimpin sejumlah lembaga formal pemerintah maupun non pemerintah.
Tapi setelahnya hilang bak ditelan bumi. Begitulah MI mengeksekusi Kebijaksanaan yang tersirat, “Merangkul perbedaan untuk menciptakan keadilan.”
Pertanyaanya kemudian, apakah mereka-mereka yang telah tereksekusi bisa kembali memulihkan atau membentuk poros lain. Ini perihal kepercayaan.
Strategi politik menjadi kunci penting dalam kontestasi politik, bagaimanapun kegagalan merencanakan kemenangan berarti sedang merencanakan kegagalan dalam kontestasi politik.
MI Menyadari penuh hal itu memegang peran yang sangat penting. Buah dari ketegasan strateginya, MI memiliki loyalis yang lahir dari orang-orang yang tidak tergiur kekuasaan, tidak tergiur kepentingan sesaat. Yang ada hanya loyalis bermental baja dan siap bertarung.
Kualitas dan Kuantitas poros MI saat ini berjalan seiring sejalan dalam menghadapi Pilkada 2024. Capaian serta prestasi selama menjadi Gubernur Maluku menjadi peluru nantinya. Masyarakat umumnya tidak membutuhkan janji politik, melainkan bukti nyata sebagaimana yang telah ditunjukan MI selama menjadi Gubernur Maluku.
Meski diakui, dalam prosesnya diperhadapkan dengan cobaan bencana (Gempa Bumi 2019-2020, Covid19) yang tentu menguras anggaran dan pikiran. Tapi dapat dilewati dengan prestasi yang cukup gemilang.
MI masih kuat dengan porosnya sebagai patron politik Maluku dalam Pilkada Maluku 2024. Calon rival yang akan beradu wajib berfikir dua kali, menyusun strategi yang matang sebelum terjun bebas ke hajat Lima tahunan pada 27 November 2024 mendatang.***
- Oleh: M. Fahrul Kaisuku
– Direktur Rumah Inspirasi dan Literasi
– Praktisi Media